Sampai pukul 11
pagi masih belum terpikirkan olehku apa yang harus kulakukan pada hari itu.
Agenda hari itu hanyalah mengumpulkan proposal outline PKL ku ke sekertariat
kampus. Tak diduga di depan kampus aku bertemu dengan seorang teman, Bayu, dia
salah satu teman karibku. Ternyata dia juga bermaksud mengumpulkan proposal pkl
nya, kebetulan sekali. Sesampainya di sekertariat tak diduga pula kami bertemu seorang
teman kami, Nourma. Hmm, I think today
will be something.
Akhirnya, setelah
urusan kami selesai di sekertariat kami bertiga memutuskan untuk menyantap es
pisang ijo yang dijual di depan kampus. Kami pun berbincang-bincang sambil
menikmati es pisang ijo. Dari hasil perbincangan kami, disimpulkan bahwa
ternyata kami memiliki permasalahan yang sama, yaitu tidak memiliki kegiatan
yang bisa dilakukan alias nganggur. Akhirnya tercetus ide untuk melakukan
perjalanan random menggunakan KRL.
Akhirnya dengan modal nekat, dan *ehem* uang pinjaman. kami pun berangkat
padahal belum tahu kemana tujuannya. Tujuan urusan belakangan, bisa dipikirkan
di angkot, yang penting sampai stasiun dulu, pikir kami saat itu.
Sesampainya di
stasiun Pondok Ranji kami masih berpikir keras tujuan yang harus kami tuju.
Pilihannya ada enam, Bogor, Depok (UI), Bekasi, Serpong, Jakarta Kota, dan
Tanah Abang. Susah untuk menemukan titik temu, sampai terbesit ide “Gimana kalo kita langsung ke loket aja trus
nanya sama petugas loketnya sebaiknya kita pergi kemana”. Ide bagus
sebenarnya, tapi sepertinya terlalu lucu untuk direalisasikan. Akhirnya setelah
dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya kami putuskan untuk ke Tanah
Abang, ya Tanah Abang. Entah apa yang akan kami lakukan disana kami pun tidak
tahu.
Stasiun Tanah
Abang pun telah kami injak. Tapi kami masih belum yakin betul apakah ini tujuan
kami. “Yakin nih mau ke Tanah Abang”.
Kami bertiga sama-sama tidak yakin sebenarnya. Baru setelah itu kami pun
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke UI, Universitas Indonesia. Dan hari
itu menjadi kunjungan perdanaku ke Universitas Indonesia. Let’s go!
Keluar dari
Stasiun UI, pemandangan pertama yang terlihat adalah sebuah jalan sepi dengan
Bikun (Bis Kuning) yang lalu lalang. Ada juga beberapa sepeda motor dan mobil. Tujuan
pertama kami adalah ke Fakultas Psikologi, karena Bayu akan bertemu temannya
yang sekaligus akan menjadi tour guide
kami disana, ya tour guide. Pemandangan
yang kurang lazim bagi saya kami mulai tampak. Parkiran dengan penuh
mobil mewah, dan gedung kuliah yang dilengkapi fasilitas minimarket dan tempat penarikan uang atau ATM. Akhirnya kami bertemu dengannya, namanya Meika, M-E-I-K-A, Meika.
Bukan Mikha Angelo bukan juga Mikha Tambayong. Kemudian kami masuk ke gedung
psikologi, pemandangan tak lazim di depan tadi belum seberapa. Lantai bawah
adalah sebuah kantin yang menyediakan berbagai kue dan makanan berat dengan
menu yang bermacam-macam dan sepertinya bakal menguras kantong jika makan
disini. Sebenarnya biasa saja sih, tidak terlalu wow! , tidak mewah juga, hanya saja jika dibandingkan dengan kantin
kebanggaan kampus kami yang biasa kami sebut dengan Plasa Mahasiswa kok kurang
bisa disandingkan. Lalu kami naik ke lantai tiga, menggunakan lift. Keluar dari lift sangatlah berbeda keadaannya di kampus kami. Rasa-rasanya saya
sedang mengalami sebuah cultural shock.
Entah apa yang mereka bicarakan saya juga tidak paham, tapi hampir disetiap
sudut ada mahasiswa yang sedang mendiskusikan sesuatu dengan serius. Berbeda
dengan di kampus kami, ada sih yang duduk-duduk seperti itu, tapi itu biasanya
karena ruang kelas nya masih dipakai oleh kelas lain jadi kami harus duduk
menunggu di luar. Lalu, kami pun berjalan dengan percaya diri walaupun ada rasa
sedikit awkward karena penampilan
kami berbeda dengan yang lainnya. Mungkin dalam pikiran mereka kami itu dari
kecamatan mana, kok pakaiannya seperti itu, mungkin. Ya, kami masih menggunakan
seragam kampus dengan rok dan celana bahan, dan kemeja polos. Yasudah sih,
pikir kami dalam hati, gak kenal ini, kenal pun juga tidak apa-apa sebenarnya,
atau malah mau kenalan. #plak
Perjalanan kami
lanjutkan dengan berkeliling UI dengan Bikun, kendaraan umum khas dari UI. Didalam
bus, saya duduk di kursi belakang pojok bersama Nourma. Jadi saya bisa
memperhatikan gerak-gerik banyak orang disitu. Blink-blink are everywhere, everywhere is blink-blink. Terbesit dalam pikiran saya, apakah menjadi suatu
keharusan setiap orang disini berdandan cantik dan modis. Kok rasa-rasanya
setiap orang di dalam bis ini gak ada yang biasa-biasa saja. Kalau ibarat film
kartun saya dipojok sini merasa berada dalam naungan abu-abu sementara yang
lainnya full color. Rasa-rasanya di
kampus lain sekaliber UGM pun tidak sampai segini. Atau emang aku yang kurang
gaul ya, haha. Sempat terpikir juga, ini mau kuliah atau mau ke PIM. Tapi dari
situ saya malah jadi bersyukur saya kuliah di kampus yang lingkungannya tidak
seperti ini. Saya tidak perlu pusing setiap hari memikirkan baju yang saya
kenakan, tas yang saya kenakan, merk apa yang saya pakai. Tanpa berpenampilan
seperti itu nyatanya bisa kuliah dengan tenang, saya bisa berteman dengan baik
dengan siapa saja di kampus.
Perjalanan bikun
berhenti di asrama UI, kami menyempatkan diri dulu makan disana. Harga nya
tidak terlalu mahal kok. Saya makan nasi telur balado, mi, dan sayur harganya
6000 rupiah, Si Bayu pakai ayam 9000 rupiah. Tergolong standard. Nah, kalo
kantin yang ini mengingatkan saya pada suatu tempat, Plasa Mahasiswa, walaupun
kursi dan gedungnya masih lebih baik ini, sebelas dua belas lah, ada kucingnya
juga, walaupun kucingnya juga lebih bersih kucing disini.
Selesai makan
kami kembali ke halte awal menggunakan bikun lagi. Tujuan kami selanjutnya
adalah Detos atau Depok Town Square.
Seperti halnya mall mall di ibukota, mall ini besar dan banyak kios nya, dan
yang dijual pun harganya murah-murah, jauh lebih murah dari Blok M. Sempat
kalap juga disana, ya.. naluri wanita adalah belanja.
Setelah itu kami
ke es pocong. Apa itu es pocong, mulanya saya juga kurang tahu, agak aneh juga
mendengar namanya tapi si Bayu bersikeras ingin kesana. Akhirnya kami pun
kesana. Dalam perjalanan ke warung es pocong kami melewati gang sempit, yang
sekilas mengingatkan saya pada suatu tempat. Mirip sebuah gang kecil di
belakang kampus kami, Gang Kalimongso. Miriplah suasananya, tapi yang dijual
disini bukan hanya warteg atau fotokopian saja, kebanyakan adalah aksesoris
yang berbau UI, buku, jam tangan, dan payung. Sesampainya d warung es pocong, ternyata
es pocong itu tidak jauh berbeda dengan es pisang ijo. Komposisinya sama dengan
es pisang ijo malah. Yang membedakan adalah pada pisangnya tidak dilapisi
dengan lapisan tepung beras yang berwarna hijau, hanya pisang saja. Selain es
pocong, kami juga memesan mendoan. Harga es pocong tidaklah terlalu mahal cukup
dengan harga 6000 rupiah kita bisa menikmati semangkuk es yang lumayan
menyegarkan, harga mendoan juga standard yaitu 2500 rupiah.
Kenyang dan
lelah, kami pun memutuskan untuk kembali ke Bintaro. Namun sebelum pulang kami
mampir dulu ke warung kembang tahu, sejenis makanan seperti bubur kacang hijau
tetapi bahan dasarnya tahu. Ada berbagai varian rasa, ada original, keju, dan
kacang. Karena sudah terlalu kenyang saya tidak ikut membeli. Nourma dan Meika
masing-masing membeli satu bungkus, aku dan Bayu hanya menyicip saja. Enak!
Well, what a wonderful day! Really unpredictable.
Saking menyenangkannya kami tak sempat mangabadikan momen-momen disana. Tapi
sungguh menyenangkan, tak disangka menjadi hari yang bersejarah, buat saya
tentunya karena ini pertama kali saya main ke Depok dan mengunjungi Universitas
Indonesia. Hehe. Akhirnya kami pulang menaiki KRL tujuan Tanah Abang pukul
20.35.
Terimakasih
untuk hari ini teman ! Kapan-kapan lagi ya :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar