Minggu, 09 Juni 2013

Jurnal. Senin, 4 Juni 2013 : Universitas Indonesia

Sampai pukul 11 pagi masih belum terpikirkan olehku apa yang harus kulakukan pada hari itu. Agenda hari itu hanyalah mengumpulkan proposal outline PKL ku ke sekertariat kampus. Tak diduga di depan kampus aku bertemu dengan seorang teman, Bayu, dia salah satu teman karibku. Ternyata dia juga bermaksud mengumpulkan proposal pkl nya, kebetulan sekali. Sesampainya di sekertariat tak diduga pula kami bertemu seorang teman kami, Nourma. Hmm, I think today will be something.
Akhirnya, setelah urusan kami selesai di sekertariat kami bertiga memutuskan untuk menyantap es pisang ijo yang dijual di depan kampus. Kami pun berbincang-bincang sambil menikmati es pisang ijo. Dari hasil perbincangan kami, disimpulkan bahwa ternyata kami memiliki permasalahan yang sama, yaitu tidak memiliki kegiatan yang bisa dilakukan alias nganggur. Akhirnya tercetus ide untuk melakukan perjalanan random menggunakan KRL. Akhirnya dengan modal nekat, dan *ehem* uang pinjaman. kami pun berangkat padahal belum tahu kemana tujuannya. Tujuan urusan belakangan, bisa dipikirkan di angkot, yang penting sampai stasiun dulu, pikir kami saat itu.
Sesampainya di stasiun Pondok Ranji kami masih berpikir keras tujuan yang harus kami tuju. Pilihannya ada enam, Bogor, Depok (UI), Bekasi, Serpong, Jakarta Kota, dan Tanah Abang. Susah untuk menemukan titik temu, sampai terbesit ide “Gimana kalo kita langsung ke loket aja trus nanya sama petugas loketnya sebaiknya kita pergi kemana”. Ide bagus sebenarnya, tapi sepertinya terlalu lucu untuk direalisasikan. Akhirnya setelah dengan berbagai macam pertimbangan, akhirnya kami putuskan untuk ke Tanah Abang, ya Tanah Abang. Entah apa yang akan kami lakukan disana kami pun tidak tahu.
Stasiun Tanah Abang pun telah kami injak. Tapi kami masih belum yakin betul apakah ini tujuan kami. “Yakin nih mau ke Tanah Abang”. Kami bertiga sama-sama tidak yakin sebenarnya. Baru setelah itu kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke UI, Universitas Indonesia. Dan hari itu menjadi kunjungan perdanaku ke Universitas Indonesia. Let’s go!
Keluar dari Stasiun UI, pemandangan pertama yang terlihat adalah sebuah jalan sepi dengan Bikun (Bis Kuning) yang lalu lalang. Ada juga beberapa sepeda motor dan mobil. Tujuan pertama kami adalah ke Fakultas Psikologi, karena Bayu akan bertemu temannya yang sekaligus akan menjadi tour guide kami disana, ya tour guide. Pemandangan yang kurang lazim bagi saya kami mulai tampak. Parkiran dengan penuh mobil mewah, dan gedung kuliah yang dilengkapi fasilitas minimarket dan tempat penarikan uang atau ATM. Akhirnya kami bertemu dengannya, namanya Meika, M-E-I-K-A, Meika. Bukan Mikha Angelo bukan juga Mikha Tambayong. Kemudian kami masuk ke gedung psikologi, pemandangan tak lazim di depan tadi belum seberapa. Lantai bawah adalah sebuah kantin yang menyediakan berbagai kue dan makanan berat dengan menu yang bermacam-macam dan sepertinya bakal menguras kantong jika makan disini. Sebenarnya biasa saja sih, tidak terlalu wow! , tidak mewah juga, hanya saja jika dibandingkan dengan kantin kebanggaan kampus kami yang biasa kami sebut dengan Plasa Mahasiswa kok kurang bisa disandingkan. Lalu kami naik ke lantai tiga, menggunakan lift. Keluar dari lift sangatlah berbeda keadaannya di kampus kami. Rasa-rasanya saya sedang mengalami sebuah cultural shock. Entah apa yang mereka bicarakan saya juga tidak paham, tapi hampir disetiap sudut ada mahasiswa yang sedang mendiskusikan sesuatu dengan serius. Berbeda dengan di kampus kami, ada sih yang duduk-duduk seperti itu, tapi itu biasanya karena ruang kelas nya masih dipakai oleh kelas lain jadi kami harus duduk menunggu di luar. Lalu, kami pun berjalan dengan percaya diri walaupun ada rasa sedikit awkward karena penampilan kami berbeda dengan yang lainnya. Mungkin dalam pikiran mereka kami itu dari kecamatan mana, kok pakaiannya seperti itu, mungkin. Ya, kami masih menggunakan seragam kampus dengan rok dan celana bahan, dan kemeja polos. Yasudah sih, pikir kami dalam hati, gak kenal ini, kenal pun juga tidak apa-apa sebenarnya, atau malah mau kenalan. #plak
Perjalanan kami lanjutkan dengan berkeliling UI dengan Bikun, kendaraan umum khas dari UI. Didalam bus, saya duduk di kursi belakang pojok bersama Nourma. Jadi saya bisa memperhatikan gerak-gerik banyak orang disitu. Blink-blink are everywhere, everywhere is blink-blink. Terbesit dalam pikiran saya, apakah menjadi suatu keharusan setiap orang disini berdandan cantik dan modis. Kok rasa-rasanya setiap orang di dalam bis ini gak ada yang biasa-biasa saja. Kalau ibarat film kartun saya dipojok sini merasa berada dalam naungan abu-abu sementara yang lainnya full color. Rasa-rasanya di kampus lain sekaliber UGM pun tidak sampai segini. Atau emang aku yang kurang gaul ya, haha. Sempat terpikir juga, ini mau kuliah atau mau ke PIM. Tapi dari situ saya malah jadi bersyukur saya kuliah di kampus yang lingkungannya tidak seperti ini. Saya tidak perlu pusing setiap hari memikirkan baju yang saya kenakan, tas yang saya kenakan, merk apa yang saya pakai. Tanpa berpenampilan seperti itu nyatanya bisa kuliah dengan tenang, saya bisa berteman dengan baik dengan siapa saja di kampus.
Perjalanan bikun berhenti di asrama UI, kami menyempatkan diri dulu makan disana. Harga nya tidak terlalu mahal kok. Saya makan nasi telur balado, mi, dan sayur harganya 6000 rupiah, Si Bayu pakai ayam 9000 rupiah. Tergolong standard. Nah, kalo kantin yang ini mengingatkan saya pada suatu tempat, Plasa Mahasiswa, walaupun kursi dan gedungnya masih lebih baik ini, sebelas dua belas lah, ada kucingnya juga, walaupun kucingnya juga lebih bersih kucing disini.
Selesai makan kami kembali ke halte awal menggunakan bikun lagi. Tujuan kami selanjutnya adalah Detos atau Depok Town Square. Seperti halnya mall mall di ibukota, mall ini besar dan banyak kios nya, dan yang dijual pun harganya murah-murah, jauh lebih murah dari Blok M. Sempat kalap juga disana, ya.. naluri wanita adalah belanja.
Setelah itu kami ke es pocong. Apa itu es pocong, mulanya saya juga kurang tahu, agak aneh juga mendengar namanya tapi si Bayu bersikeras ingin kesana. Akhirnya kami pun kesana. Dalam perjalanan ke warung es pocong kami melewati gang sempit, yang sekilas mengingatkan saya pada suatu tempat. Mirip sebuah gang kecil di belakang kampus kami, Gang Kalimongso. Miriplah suasananya, tapi yang dijual disini bukan hanya warteg atau fotokopian saja, kebanyakan adalah aksesoris yang berbau UI, buku, jam tangan, dan payung. Sesampainya d warung es pocong, ternyata es pocong itu tidak jauh berbeda dengan es pisang ijo. Komposisinya sama dengan es pisang ijo malah. Yang membedakan adalah pada pisangnya tidak dilapisi dengan lapisan tepung beras yang berwarna hijau, hanya pisang saja. Selain es pocong, kami juga memesan mendoan. Harga es pocong tidaklah terlalu mahal cukup dengan harga 6000 rupiah kita bisa menikmati semangkuk es yang lumayan menyegarkan, harga mendoan juga standard yaitu 2500 rupiah.
Kenyang dan lelah, kami pun memutuskan untuk kembali ke Bintaro. Namun sebelum pulang kami mampir dulu ke warung kembang tahu, sejenis makanan seperti bubur kacang hijau tetapi bahan dasarnya tahu. Ada berbagai varian rasa, ada original, keju, dan kacang. Karena sudah terlalu kenyang saya tidak ikut membeli. Nourma dan Meika masing-masing membeli satu bungkus, aku dan Bayu hanya menyicip saja. Enak!
Well, what a wonderful day! Really unpredictable. Saking menyenangkannya kami tak sempat mangabadikan momen-momen disana. Tapi sungguh menyenangkan, tak disangka menjadi hari yang bersejarah, buat saya tentunya karena ini pertama kali saya main ke Depok dan mengunjungi Universitas Indonesia. Hehe. Akhirnya kami pulang menaiki KRL tujuan Tanah Abang pukul 20.35.

Terimakasih untuk hari ini teman ! Kapan-kapan lagi ya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar